BIOLOGI MOLEKULER
1
Ribosom memiliki tiga tempat pengikat molekul-molekul
RNA : sebuah untuk mengikat mRNA dan duabuah untuk mengikat tRNA. Tempat-tempat
tersebut diberi nama tempat P, yang berarti tempat pengikat tRNA Peptidil dan
tempat A yang berarti tempat pengikat amino tRNA asil. Tempat P
mengikat molekul tRNA yang berikatan dengan pangkal rantai polipeptida yang
sedang tumbuh, sedangkan tempat A mengikat molekul tRNA yang masuk, yang
dimuati asam amino. Molekul-molekul tRNA ini akan terikat pada tempat P maupun
tempat A, apabila antikodon yang ada padanya sesuai dengan kodon yang ada pada
mRNA. Tempat P dan tempat A sangat berdekatan, sehingga dua molekul tRNA harus
membentuk pasangan basa kodon di samping nya yang berada di dalam molekul mRNA.
Proses pemanjangan rantai polipeptida pada ribosoma, merupakan suatu daur yang
terdiri dari tiga langkah. Langkah pertama: sebuah molekul tRNA-aminoasil
terikat ke tempat A yang kosong, berdampingan dengan tempat P, membentuk
pasangan basa dengan 3 nukleotida mRNA yang terpapar di tempat A. Langkah
kedua: pengikatan gugus karboksil bebas dari rantai polipeptida pada tRNA di
tempat P dengan asam amino yang terikat pada tRNA di tempat A. Pengikatan ini
menggunakan katalisator transferase peptidil, yang terdapat di rRNA pada ribosom
subunit besar. Pada langkah ketiga terjadi : perpindahan tRNA Peptidil baru
daritempat A ke tempat P, bersamaan dengan bergesernya ribosom pada mRNA.
Akibatnya, tRNAyang semula berada di tempat P tergeser dari ribosom dan kembali
lagi ke sitosol.
Tiga diantara 64 kodon (penyandi) pada sebuah
molekul mRNA merupakan kodon penghenti, yang menghentikan proses penerjemahan.
Sebuah protein sitoplasmik yang disebut protein pembebas segera terikat pada kodon penghenti yang mencapai tempat A, pada ribosom. Pengikatan ini mengubah kegiatan transferase
peptidil, dari mengikatkan asam amino ke tRNA-peptidil menjadi mengikat air.
Reaksi ini melepaskan gugus karboksil rantai polipeptida yang sedang tumbuh
dari ikatannya dengan molekul tRNA. Dengan demikian rantai polpeptida segera
dilepas ke sitosol, sedangkan ribosom meninggalkan mRNA, dan segera terurai
menjadi sub unit besar dan kecil.
Kodon-kodon yang terdapat pada sebuah mRNA, dapat
diterjemahkan oleh beberapa buah ribosom dengan tRNAnya. Penerjemahan ini
berlangsung dengan beruntun, sehingga terbentuklah untaian ribosom, yang
disebut poliribosoma atau polisoma. Perlu diingat bahwa dari sebuah mRNA hanya
terbentuk satu jenis polipeptida.
(http://www.scribd.com/doc/228136140/Ribosoma-Dan
Sintesis-Protein)
2.
Elongasi adalah suatu
proses pemanjangan rantai
polipeptida. Proses pemanjangan polipeptida secara
umum mempunyai mekanisme 3 tahapan: 1) pengikatan aminoasil –tRNA pada sisi A
yang ada di ribosom, 2) pemindahan rantai polipeptida yang tumbuh dari tRNA
yang ada pada sisi P ke arah sisi A dengan membentuk ikatan peptide, 4)
translokasi ribosom sepanjang mRNA ke posisi kodon selanjutnya yang ada di sisi
A. Di dalam kompleks ribosom, molekul fMet-tRNAf Met menempati sisi P
(peptidil), sisi yang lain pada ribosom, yaitu sisi A (aminoasil), masih kosong
pada saat awal sintesis protein.

Berpasangannya
triplet kodon inisiasi (AUG/GUG) pada mRNA dengan antikodon pada
metionil-tRNAfMet di tapak P menentukan urutan triplet
kodon dan aminoasil-tRNAfMet berikutnya
yang akan masuk ke tapak A. Pengikatan aminoasil-tRNAfMet berikutnya, misalnya alanil- tRNAala,
ke tapak A memerlukan protein-protein elongasi EF-Ts dan EF-Tu. Pembentukan
ikatan peptida antara gugus karboksil pada metionil-tRNAfMet di tapak P dan gugus amino pada
alanil-tRNAala di tapak A dikatalisis oleh enzim peptidil transferase, suatu
enzim yang terikat pada subunit ribosom 50S. Reaksi ini menghasilkan dipeptida
yang terdiri atas f-metionin dan alanin yang terikat pada tRNAala di tapak A.
Langkah berikutnya adalah translokasi, yang melibatkan (1) perpindahan
f-met-ala- tRNAala dari tapak A ke tapak P dan (2) pergeseran posisi mRNA pada
ribosom sepanjang tiga basa sehingga triplet kodon yang semula berada di tapak
A masuk ke tapak P. Dalam contoh ini triplet kodon yang bergeser dari tapak A
ke P tersebut adalah triplet kodon untuk alanin. Triplet kodon berikutnya,
misalnya penyandi serin, akan masuk ke tapak A dan proses seperti di atas
hingga translokasi akan terulang kembali. Translokasi memerlukan aktivitas
faktor elongasi berupa enzim yang biasa dilambangkan dengan EF-G. Pemanjangan
atau elongasi rantai polipeptida akan terus berlangsung hingga suatu tripet
kodon yang menyandi terminasi memasuki tapak A, Sebelum suatu rantai
polipeptida selesai disintesis terlebih dahulu terjadi deformilisasi pada
f-metionin menjadi metionin. yang kemudia berlanjut pada proses
terminasi.
Terminasi
adalah proses pengakhiran. Translasi akan berakhir pada waktu salah satu dari
ketiga kodon terminasi (UAA,UGA,UAG) yang ada pada mRNA mencapai posisi A pada
ribosom. Dimana RF1 yang mengenali kodon UAA atau UAG
sehingga rantai kodon tersebut akan terlepas, kemudian RF2 akan
mengenali kodon UAA atau UGA sehingga rantai kodon tersebut terlepas. Proses
terminasi ditandai oleh terlepasnya mRNA, tRNA di tapak P, dan rantai
polipeptida dari ribosom. Selain itu kedua subunit ribosompun memisah, pada
terminasi diperlukan aktivitas dua protein yang berperan sebagai faktor pelepas
atau releasing factors, yaitu RF-1 dan RF-2 yang bekerja sama dengan RF-3.

Sumber
:
Gaffar, Shabarni. 2007. Buku Ajar Bioteknologi Molekul. Jurusan Kimia,
FMIPA Unpad. Bandung
Gardner, E.J., Simmons, M.J., Snustad, D.P. 1991. Principles of
genetics. Canada: John wiley % Sons, Inc.
3. A. Pengertian
Mutasi adalah peristiwa perubahan
sifat gen (susunan kimia gen) atau kromosom sehingga menyebabkan perubahan
sifat yang baka (diturunkan) tetapi bukan sebagai akibat persilangan atau
perkawinan. Mutasi dapat terlihat dalam jumlah kecil maupun besar. Mutasi kecil
hanya menimbulkan perubahan yang sedikit dan kadang kala tidak membawa
perubahan fenotif yang jelas, jadi hanya semacam variasi. Mutasi besar
menimbulkan perubahan besar pada fenotif, yang biasanya dianggap abnormal atau
cacat. Mutasi terjadi karena perubahan lingkungan yang luar biasa. Hal ini
dapat diakibatkan oleh adanya sifat yang tidak tetap dan selalu dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor baik alamiah maupun buatan. Agar suatu species tidak
mengalami kepunahan diperlukan usaha untuk menyesuaikan diri terhadap timbulnya
suatu perubahan. Kejadian mutasi sangat jarang terlihat, hal ini disebabkan
mutasi yang terjadi pada suatu gen tidak dapat menunjukan penampakannya, karena
jumlah gen yang terdapat dalam satu individu banyak sekali gen yang bermutasi
bersifat letal, sehingga gejala mutasi tidak dapat diamati sebab individu
segera mati sebelum dewasa gen yang
bermutasi umumnya bersifat resesif, sehingga selama dalam keadaan hetreozigot
tidak akan terlihat
B. Manfaat
Para ilmuwan biologi mengetahui bahwa sinar X dapat
menimbulkan ionisasi pada sel-sel pembentuk jaringan tubuh. Ionisasi terjadi
bila elektron terlepas dari suatu atom dan menggabung ke atom lainnya. Molekul
DNA yang banyak mengandung atom-atom yang terionisasi dapat menjadikan gen
labil dan akhirnya berubah. Gen yang berubah susunan kimianya, fungsinya
berubah pula. Bila gen ini sel-sel gamet, manifestasi perubahan ini dapat
diamati pada generasi berikutnya. Dengan dasar pengetahuan ini, para ilmuwan menggunakan
sinar X atau sinar-sinar lain yang berenergi tinggi sebagai mutagen buatan.
Dari eksperimen yang telah banyak dilakukan, diperoleh data bahwa mutasi pada
sel-sel generatif kebanyakan bersifat letal, yaitu membawa kernatian pada
keturunannya sebelum atau beberapa waktu setelah kelahiran. Karena itu,
pembuatan mutan dengan cara ini, misalnya biji-biji yang akan diunggulkan perlu
dilakukan pada jumlah yang amat besar dan intensitas radiasi yang optimal.
Masalahnya adalah bagaimana cara pengaturan intensitas ini. Hal ini memerlukan
riset berulang kali dan berjangka panjang untuk menemukan mutan yang
dikehendaki. Sinar X dapat juga membuat mutasi kromosom menjadi dua bagian atau
lebih. Bagian-bagian ini dapat hancur dan lenyap atau menggabung pada kromosom
lain, terjadilah aberasi kromosom. Dengan ini dapatlah terjadi mutasi kromosom.
Jika hal itu terjadi pada sel generatif dan individunya tidak mati, maka
individu tersebut dapat mewariskan sifat-sifat barunya ke keturunannya. Radiasi
sebagai akibat peledakan-peledakan bom A dan bom H baik dalam peperangan atau
percobaan, radiasi bocoran reaktor atom, kendaraan bertenaga nuklir dan sampah
radioaktif, juga merupakan penyebab mutasi yang kebanyakan orang tidak
menyadari karena efeknya tidak segera tampak atau terasa. Lagi pula, pada
umumnya gen-gen mutan barulah bersifat letal bila dalam keadaan homozigot
resesif, yang heterozigot tetap hidup dan bertindak sebagai pembawa sifat dan
penurun warisan yang telah berubah/bermutasi. Aplikasi mutasi buatan dalam memperoleh
bibit tanaman yang diharapkan. Mutan yang sudah dapat dibuat menjadi tanaman
yang poliploid artinya berkromosom banyak. Cara mendapatkan poliploid dengan
menggunakan kolkisin. Pengaruh positif mutasi buatan diantaranya tanaman
poliploid biasanya mempunyai ukuran yang lebih besar. Tindakan pembibitan dari
mutasi buatan harus diulang-ulang supaya di dapatkan sampai menjadi galur
murni, yaitu jenisnya sudah mantap. Apabila tidak diulang-ulang kemungkinan
jenis itu mengadakan perkawinan dengan jenis asal sebelum mutasi, maka akan ada
kecenerungan untuk menurunkan keturunan seperti semula. Seperti telah kita
ketahui bahwa mutasi juga ada yang menguntungkan bila dipandang darti hidupnya
suatu organisasi atau individu. Hal ini sebenarnya merupakan bahan baku bagi
terselenggaranya evolusi dari sgala organisme. Sebagai contoh adanya mutan
(individu yang bermutasi) keturunan ini mengadakan mutasi-mutasi lagi dan
keturunan ini mampu mempertahankan hidup sampai beberapa generasi kemudian.
Maka mungkin dapat bergenotif maupun fenotifnya jauh berbeda dengan nenek
moyangnya, sehingga akan terjadi individu baru yang mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya (evolusi dari sini perlu diingat bahwa mutasi itu tidak
selalu menjadi species baru).
C.
Efek samping
Akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya mutasi
bermacam-macam. Jika mutasi terjadi pada sel soma (sel vegetatif) dapat
menimbulkan terjadinya kanker. Sedang jika terjadi pada sel generatif dapat
menimbulkan mutasi. Bila mutasi terjadi pada sel soma dari janin maka dapat
menyebabbkan teratogen (cacat sejak lahir), dan beberapa mutasi dapat
menyebabkan letal (kematian). Mutasi yang menyebabkan kematian adalah merupakan
usaha untuk menjaga keseimbangan genetika dalam suatu populasi. Bila mutasi
berjalan terus menerus dari generasi ke generasi maka pada suatu saat akan
muncul turunan baru yang sifatnya berbeda dengan moyangnya, sehingga terjadilah
peristiwa evolusi. Pengaruh
negatif mutasi buatan : poliploid umumnya gagal mengahasilkan keturunan secara
generatif menguntungkan bila diperbanyak secara vegetatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar