Kamis, 07 Mei 2015

Limbah di sekitar kita



Keadaan lingkungan dapat  mempengaruhi kondisi masyarakat. Salah satu kondisi masyarakat yang dapat terpengaruh lingkungan adalah tingkat kesehatan. Banyak penyakit dapat  dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang berdampak cukup besar pada masyarakat adalah adanya limbah.
Limbah adalah semua benda yang berbentuk padat , cair, maupun  gas, merupakan  bahan  buangan  yang berasal dari aktivitas manusia secara perorangan maupun hasil  aktivitas kegiatan lainnya diantaranya industri, rumah sakit, laboratorium, reaktor nuklir dan lain-lain.
Salah satu bentuk limbah akibat aktivitas manusia adalah limbah cair.  Menurut Willgooso (1979) limbah cair atau air limbah adalah water carrying waste from homes, bussines and industries that is mixture of water and dissolved or suspended solids. Menurut USEPA 1977 wastewater is water carrying dissolved or suspended solids from homes, farm, bussinesess and industries.
Limbah cair dikembalikan ke aliran sungai. Peningkatan volume limbah cair  yang disalurkan ke sungai merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dipecahkan. Karena pertambahan limbah sekecil
apapun bila dalam jumlah yang besar dapat memberikan konstribusi yang besar dalam hal perusakan lingkungan. Meningkatnya limbah cair (wastewater) pada kawasan sungai, disamping disebabkan oleh peningkatan jumlah perindustrian, juga disebabkan oleh peningkatan jumlah populasi penduduk, terutama yang berasal dari limbah rumah tangga seperti peningkatan kadar desinfektan, deterjen dan sumber-sumber lainnya (Mahida, 1981:1). Untuk itu, dalam  rangka mengatasi dampak negatif dari  limbah cair / wastawater diperlukan  suatu alternatif yang dapat mengubah limbah cair agar dapat dikembalikan ke lingkungan dan digunakan masyarakat secara aman.

Limbah dan Pencemaran Air

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan. Air limbah adalah gabungan dari cairan dan air yang mengandung limbah yang berasal dari perumahan, perkantoran, dan kawasan industri. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif  terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar dan frekuensi pembuangan limbah, sedangkan tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4
bagian, yaitu limbah cair, limbah padat, limbah gas dan partikel dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun pengujian. Perubahan yang terjadi pada air yang tercemar adalah:
1.      Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen).Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5–7.5. Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggu kehidupan organisme didalamnya. Hal ini akan semakin parah jika daya dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah. Limbah dengan pH rendah atau bersifat asam bersifat korosif terhadap logam.
2.      Perubahan warna, bau dan rasa. Air bersih tidak berwarna, sehingga tampak bening atau jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang bau dapat berasal dari limbah industri atau dari hasil degradasi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang hidup dalam air akan mengubah bahan organik menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa.
3.      Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak larut sempurna akan mengendap di dasar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloid dan akan menghalangi bahan-bahan organik yang sulit diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji COD. Adapun komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik (Wardana,1999),

Secara garis besar air limbah berasal dari beberapa sumber yaitu :
a.      Limbah Cair Industri
Limbah cair industri adalah seluruh limbah cair yang berasal kegiatan industri. Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan dan proses industri, derajat penggunaan air, dan derajat pengolahan air limbah.
b.      Limbah Cair Domestik
Limbah cair domestik adalah sisa air yang telah dipakai untuk kegiatan sanitasi manusia seperti minum, memasak, mandi, mencuci, menyiram tanaman, dan lain-lain. Kegiatan sanitasi di gedung perkantoran, komersial, dan kegiatan industri turut menyumbangkan air limbah domestik ke dalam sistem penyaluran air buangan.
Air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada sumber asal limbah tersebut. Konstituen yang terkandung dalam air limbah domestik dapat dilihat di tabel 1.1.
Tabel 1.1 Konstituen dalam Air Limbah Domestik
Fisik
Kimia
Biologi
Padatan
Temperatur
Warna
Bau
Organik
-          Protein
-          Karbohidrat
-          Lemak
-          Minyak
-          Detergen
Anorganik
-          pH
-          Klorida
-          Alkaliniti
-          Nitrogen
-          Phospor
-          Logam berat
Gas
-          Oksigen
-          H2S
-          Metana
Tumbuhan
Binatang
Virus

c.       Limpahan air hujan akan bergabung dengan air limbah, dan sebagian air hujan tersebut menguap dan ada pula yang merembes ke dalam tanah dan akhirnya menjadi air tanah. Apabila permukaan air tanah bertemu dengan saluran air limbah, maka terjadi penyusupan air tanah ke saluran limbah melalui sambungan-sambungan pipa atau melalui celah-celah yang ada karena rusaknya saluran pipa(Sudrajat, 2004).

Sifat-Sifat Air Limbah
Menurut Anggraini (2005) air limbah mempunyai sifat yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
a.      Sifat Fisik
Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang penting yaitu kandungan zat padat. Jumlah total endapan terdiri dari benda-benda yang mengendap, terlarut, dan tercampur. Air limbah yang partikel dengan ukuran besar memudahkan proses pengendapan, sedangkan apabila air limbah berisikan partikel dengan ukuran yang sangat kecil akan menyulitkan dalam proses pengendapan. Besarnya endapan dinyatakan dalam miligram perliter air limbah. Hal ini sangat penting untuk mengetahui derajat pengendapan dan jumlah endapan yang ada dalam badan air.
Salah satu sifat fisika yang digunakan dalam analisis kualitas air limbah yaitu padatan tersuspensi (total suspended solid). Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap, dan untuk perencanaan dan pengawasan dalam proses-proses pengolahan air buangan.
Padatan tersuspensi di dasar badan air akan mengganggu kehidupan didalam badan air, dan akan mengalami dekomposisi yang dapat menurunkan kadar oksigen di dalam air. Padatan dapat menyebabkan kekeruhan air, menyebabkan penyimpangan sinar matahari, sehingga mengganggu kehidupan didalam badan air, dan akan mengalami dekomposisi yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam air, sehingga berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung terhadap organisme di badan air.
b.      Sifat Kimia
Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Pada umumnya zat organik berisikan kombinasi karbon, hidrogen, dan oksigen bersama-sama dengan nitrogen.Umumnya kandungan bahan organik berisikan 40-60% protein, 25-50% berupa karbohidrat. Semakin banyak jumlah dan jenis bahan organik, hal ini akan mempersulit dalam pengelolaan air limbah. Beberapa sifat kimia yang digunakan sebagai parameter kualitas air, yaitu:
1.      pH
pH adalah parameter untuk mengetahui intensitas tingkat keasaman atau kebasaan dari suatu larutan yang dinyatakan dengan konsentrasi ion hidrogen terlarut. Pada instalasi pengolahan air buangan secara biologi, pH harus dikontrol supaya berada dalam rentang yang cocok untuk organisme tertentu yang digunakan.
Baku mutu pH berkisar pada rentang yang cukup besar di sekitar pH netral, yaitu antara 6.0-9.0. Hal ini bukan berarti bahwa perubahan pH yang terjadi sepanjang rentang tersebut sama sekali tidak berdampak terhadap makhluk hidup dan lingkungan sekitar. pH merupakan faktor penting yang menentukan pola distribusi biota akuatik, karena itu perubahan pH yang kecil dapat memberi dampak besar terhadap toksisitas polutan seperti amonia. Dampak dari sejumlah polutan dapat bervariasi, mulai dari tak terdeteksi sampai sangat serius, tergantung pada pH.
2.      Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD adalah suatu analisis empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses biologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air.
Penentuan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah, bila suatu badan air dicemari oleh zat organis, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang dapat mengakibatkan kematian biota dalam air dan keadaan menjadi anaerob dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut, semakin besar angka BOD maka menunjukkan bahwa derajat pengotoran limbah adalah semakin besar.
Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik dan anorganik dengan oksigen didalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk CO2, air dan amonia.
Mikroorganisme pada awalnya menggunakan bahan organik secara cepat untuk metabolisme serta pembentukan sel akan menyebabkan meningkatkan BOD dalam 1-3 hari. Sesudah bahan organik dicerna, maka kebutuhan akan oksigen akan turun.
Reaksi biologis pada tes BOD dilakukan pada temperatur inkubasi 200C dan dilakukan selama 5 hari, mengingat bahwa dengan waktu tersebut sebanyak 60-70% kebutuhan terbaik karbon dapat tercapai, hingga mempunyai istilah BOD205. Sehingga jumlah zat organis yang ada didalam air diukur melalui jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organis tersebut, kemudian indikasi kandungan zat organik dapat ditentukan, makin banyak kebutuhan oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk menguraikannya, maka semakin tinggi harga BOD.
3.      Chemical Oxygen Demand (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui mikrobiologis menjadi CO2, H2O dan senyawa organik, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air.
Jumlah oksigen terhitung jika komposisi zat organis terlarut telah diketahui dan dianggap semua C, H, dan N habis teroksidasi menjadi CO2, H2O, dan NO3.
4.      Dissolved Oxygen (DO)
Semua gas di udara dapat terlarut dalam air namun memiliki kelarutan yang berbeda-beda. Oksigen termasuk gas yang sukar larut dalam air dan hanya dapat larut karena perbedaan tekanan parsial air dan udara, bukan dengan reaksi kimia.
Kelarutan oksigen dalam air juga berbeda-beda terhadap temperatur, berkisar antara 14.6 mg/L (0°C, 1 atm) sampai 7 mg/L (35°C, 1 atm). Dalam kondisi kritis, jumlah maksimum oksigen yang dapat larut dalam air hanya 8 mg/L. Kelarutan oksigen semakin rendah jika kadar garam dalam air semakin tinggi.
DO adalah faktor yang menentukan apakah perubahan yang terjadi dalam air limbah disebabkan oleh proses aerob atau anaerob. Organisme aerob menggunakan oksigen bebas untuk mengoksidasi senyawa-senyawa organik dan anorganik menghasilkan senyawa akhir yang tidak berbahaya. Organisme anaerob mereduksi garam-garam anorganik seperti sulfat dan menghasilkan senyawa akhir yang berbahaya.
Karena jumlah organisme aerob dan anaerob di alam sama-sama banyak, maka sangat penting untuk menjaga supaya tersedia oksigen dalam jumlah yang cukup bagi organisme aerob dan kondisi yang tidak cocok bagi organisme anaerob. Karena itu pemantauan DO perlu dilakukan terhadap badan air penerima dan dalam proses biologi pengolahan air buangan domestik maupun industri.
5.      Phosphat
Semua air permukaan dapat mendukung pertumbuhan organisme akuatik seperti plankton (zooplankton dan fitoplankton), ganggang, dan Cyanobacteria. Pertumbuhan tanaman dalam air dapat dibatasi oleh beberapa faktor seperti cahaya dan karakteristik fisik air tersebut. Pada banyak kasus, faktor pembatas tersebut adalah ketersediaan nutrisi anorganik terutama fosfat. Semakin banyak nutrisi yang masuk dalam badan air, semakin besar pertumbuhan tanaman, sehingga karakteristik biologi badan air dapat berubah.
Buangan organik dalam air adalah sumber nutrisi yang penting bagi tanaman karena dekomposisi materi organik akan menghasilkan fosfat, nitrat, dan nutrisi lain yang dibutuhkan oleh tanaman. Buangan domestik banyak mengandung fosfat yang berasal dari bubuk deterjen (air cucian). Akibat perkembangan deterjen sintetis, kandungan fosfor anorganik dalam deterjen berkisar antara 2-3 mg/L dan kandungan fosfor organik berkisar antara 0.5-1 mg/L. Kandungan fosfor anorganik dalam limbah domestik saat ini diperkirakan mencapai 2-3 kali lebih banyak daripada ketika deterjen sintetis belum digunakan secara luas, kecuali jika pemerintah setempat membatasi penggunaan deterjen berbahan dasar fosfat. Buangan hasil pengolahan makanan juga banyak mengandung fosfat dan nitrat. Air larian dari daerah pertanian banyak membawa nutrisi yang berasal dari pupuk buatan. Selain itu urine manusia juga banyak mengandung fosfor sebagai hasil dari metabolisme pemecahan senyawa protein. Jumlah fosfor yang dikeluarkan adalah fungsi dari protein yang masuk.
Peningkatan pertumbuhan tanaman secara berlebihan dapat merugikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam air (DO) menurun, bukan hanya pada malam hari ketika tanaman tidak berfotosintesa, tapi juga pada siang hari karena pertumbuhan tanaman di permukaan mengurangi penetrasi cahaya matahari dalam air. Selain itu, algae bloom (pertumbuhan ganggang secara berlebihan) juga menimbulkan pencemaran warna, bau, dan menghasilkan racun yang berbahaya bagi ikan dan invertebrata.
Penentuan fosfat telah menjadi perhatian para ahli lingkungan karena keberadaannya mempengaruhi fenomena-fenomena yang berhubungan dengan bidang yang mereka geluti. Bentuk senyawa anorganik fosfor yang penting adalah fosfat, terutama polifosfat dan fosfat terkondensasi, sedangkan senyawa fosfor yang terikat dengan materi organik biasanya kurang diperhatikan.
Organisme yang digunakan dalam proses pengolahan air buangan secara biologi memerlukan sejumlah tertentu fosfor untuk reproduksi dan sintesa sel baru. Namun limbah domestik mengandung fosfor dalam jumlah yang jauh lebih besar dari yang dibutuhkan oleh mikroorganisme tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan besarnya kandungan fosfat dalam efluen pengolahan biologi air limbah.

6.      Amonia (NH3-N)
Amonia (NH3) terdapat secara alami dalam berbagai konsentrasi pada air tanah, air permukaan, dan air buangan. Amonia dapat berasal dari reduksi senyawa organik yang mengandung nitrogen, deaminasi senyawa amina, hidrolisa urea, dan akibat penggunaannya untuk deklorinasi dalam instalasi pengolahan air.
Jumlah amonia dalam air tanah relatif sedikit karena diserap oleh tanah. Dalam larutan aqueous amonia bereaksi membentuk kesetimbangan sebagai berikut :
NH3 + H2O              NH4 + + OH-
Amonia bersifat sangat toksik terhadap banyak organisme terutama ikan dan invertebrata, sedangkan amonium (NH4+) bersifat kurang toksik. Konsentrasi amonia dalam air tergantung pada pH dan temperatur. Semakin tinggi pH dan temperatur air, semakin tinggi juga konsentrasi amonia. Konsentrasi amonia juga menentukan tingkat toksisitas larutan.
c.       Sifat Biologi
Pemeriksaan air secara biologis sangat penting dan dapat dilakukan terhadap semua jenis air, terutama dilakukan untuk menentukan standar kualitas air. Mengingat bahwa air merupakan sumber kehidupan utama bagi makhluk hidup. Pemeriksaan air secara mikrobiologis baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukur derajat pencemaran.
Disetiap badan air, baik air alam maupun air buangan terdapat bakteri atau mikroorganisme. Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme terpenting dalam sistem penanganan limbah. Bakteri ada yang bersifat patogen sehingga merugikan dan ada yang bersifat non patogen/menguntungkan. Bakteri patogen bermacam-macam bentuk dan jenisnya sehingga sulit dideteksi. Analisa mikrobiologi untuk bakteri-bakteri tersebut maka diperlukan adanya indikator organisme. Indikator organisme menunjukkan adanya pencemaran oleh tinja manusia dan hewan sehingga mudah dideteksi. Dengan demikian bila indikator organisme tersebut ditemui dalam sampel air, berarti air tesebut tercemar oleh tinja dan kemungkinan besar mengandung bakteri patogen. Analisis menggunakan indikatior organisme adalah metode yang paling umum dan dilaksanakan secara rutin.
Indikator organisme yang paling umum digunakan adalah bakteri coliform khususnya Eschericia coli, karena jumlah bakteri ini sangat banyak dan memiliki ketahanan paling besar terhadap desinfektan, sehingga jika jenis bakteri coliform sudah tidak ada setelah proses desinfeksi, maka diharapkan mikroorganisme lain juga sudah mati. Bakteri coliform merupakan bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerob dan anaerob fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasil kan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 350C.
Eschericia coli merupakan bakteri yang normal terdapat dalam usus manusia dan diekskresikan dalam jumlah besar bersama kotoran manusia sehat. Eschericia coli tidak bersifat patogen, walaupun beberapa jenis coliform bersifat patogen. Coliform hanya dapat bertahan hidup diluar hostnya selama beberapa jam sampai beberapa hari, karena itu kehadirannya dalam badan air mengindikasikan bahwa air tersebut baru saja terkontaminasi dan mungkin mengandung mikroba patogen.
Bagaiamanapun efisiensinya, suatu proses pengolahan air buangan, tidak semua mikroba patogen dapat dihilangkan. Karena itu perlu dilakukan pemantauan terhadap konsentrasi mikroba patogen dalam badan air penerima, terutama pada air yang digunakan untuk kegiatan domestik/ rumah tangga. Air tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1Coli/100 ml air. Hal ini bertujuan untuk keselamatan lingkungan (Wardana, 1999).

Dampak Negatif Air Limbah
Apabila air limbah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada. Gangguan tersebut diantaranya meliputi :

1.      Gangguan terhadap kesehatan
Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia, mengingat air limbah mengandung banyak mikroorganisme, baik yang bersifat patogen maupun non patogen. Contoh mikroorganisme patogen yaitu Virus, Vibrio kolera, Salmonella thyposa, Shigella sp., Mikobakterium tuberkulosa, Entamuba histolitica.
2.      Gangguan terhadap kehidupan biotik
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air. Dengan demikian kehidupan didalam air yang membutuhkan oksigen terganggu. Selain menyebabkan ikan dan bakteri-bakteri dalam air menjadi mati, namun juga dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman air.

Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment Plant)

Wastewater treatment plant adalah metode pembenahan dan pengolahan limbah yang tergantung pada peralatan mekanis atau pembenahan kimiawi yang terbagi  atas beberapa kelompok. Dimulai dari pengolahan secara mekanis yang terdiri dari penyaringan, pengambilan buihnya, pengambangan dan sedimentasi, pengolahan kimiawi meliputi pengentalan, penghilangan bau dan sterilisasi, hingga proses pembenahan secara biologis yang tergantung pada aktivitas organisme baik yang dihubungkan dengan instalasi dan peralatan-peralatan seperti  tangki-tangki Imhoff, tangki septik, dan saringan-saringan halus yang bersusun.

Menurut LAPI ITB (1998), pengolahan limbah cair terutama ditujukan untuk mengurangi kandungan bahan pencemar di dalam air, seperti senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di alam. Proses pengolahan dilakukan sampai batas tertentu sehingga limbah cair tidak mencemarkan lingkungan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar